TAUHID TEORITIS DAN TAUHID TERAPAN

>> Tuesday, June 29, 2010

sebelumnya

1. Tauhid TEoritis

Tauhid teoritis dimaksudkan untuk meyakini secara mendalam tentang makna yang terkandung da;am kata Ahad atau Esa. Sebagai langkah awal, kata Ahad atau Esa dapat dipahami sebagai suatu keyakinan yang integral, tidak terbagi tetapi tunggal.
Selanjutnya Al-Qur'an memberikan penjelasan tentang kata Ahad atau Esa ini dalam surah Al-Ikhlas, sebagai berikut :


 
Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al Ikhlash 1:4)

Firman Allah dalam surah A-Fatihah dan surah An-Naas :
 
 
 
 
 
 
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.(Al Fatihah :1-7)





 Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. (An-Naas :1-6)

Kedua surat diatas secara keseluruhan ditampilkan dalam bentuk doa. Didalamnya mengajarkan tatacara doa, yaitu doa harus di dahului sengan pujian kepada Allah SWT. Ayat ke 1 sampai 5 surat Al-Fatihah berisikan pujian dan sisanya berisikan doa. Begitu pula dengan surat An-Naas, ayat ke 1 sampai  3 selain permohonan perlindungan juga berisi pujian dan penyebutan nama Allah keseluruhannya merupakan permohonan/ doa. Sedangkan doa adalah otak/ hatinya ibadah, sedang ibadah merupakan tudas hidup yang mesti direalisasikan dalam praktek. Ajaran ini menunjukan segala  sesuatu yang bersifat lebih kecil atau makhluk harus mengetahui tentang keberadaan yang Maha Besar sebelum si kecil melakukan pengabdian kepada Nya. Sebab, salah-salah, yang dianggapnya Maha Besar tidak diketahui secara riil seperti apa dan bagaimana kebesaran dari yang MAha Besar tersebut. Niat beribadah kepada Allah SWT, bisa jadi salah kaprah, justru yang di ibadahi adalah kebesaran dirinya dalam mempersepsikan (dugaan) tentang Tuhannya.

Bagian pertama surat ini, berisikan pujian kepada Nya, yaitu, dalam ayat ke 1 sampai ke 5 surat Al- Fatihah dan ayat ke 1 sampai ke 3 surat An-Naas. Di dalamnya menyebutkan 3 pokok kata Allah SWT. yaitu Rabb, Malik dan Ilah. Ketiga pokok kata sifat Allah SWT ini, tersusun dalam kesua surat ini secara berurutan. Rabb di urutan pertama, Malik urutan kedua dan urutan ketiga adalah Ilah.

a. Rabb
Kata Rabb dalam surat Al-Fatihah diikuti dengan kata al-'Alamin yang berarti seluruh alam. Dan Rabb dalam surat An-Naas diikuti dengan kata an-Naas yang berarti manusia. Al-Qur'an sendiri banyak memberikan arti dalam kata Rabb diantaranya dalam surat Al-A'raf(7) ayat 54 dan surat Ali-imran(3) ayat 64, dengan arti pencipta, pemelihara, pengatur. Sebagaimana disebutkan dalam firman Nya :

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ´Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.(Al A'raf :54)
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".(Ali Imran :64)
Ayat pertama terdapat kata Robbukum berarti yang menciptakan. Dia pencipta dan pemegang perintah segala sesuatu.
Ayat kedua terdapat kata Arbaban, yang berarti yang mengatur, Asbab nuzul ayat ini, menceritakan bahwa Bani Israil telah menjadikan para Rahib mereka menjadi pembuat hukum dan undang-undang yang mereka taati selayaknya tuhan. Jadi, Allah Rsbbul-'alamin dan Rabbun berarti adalah pengatur alam semesta dan pengatur manusia. Secara praktis dapat dipahami bahwa sebagai pemelihara dan pengatur, Allah SWT sudah pasti memiliki aturan, aturan wahyu.  Secara manusiawi terlihat dalam sejarah umat manusia, bahwa peradaban tertinggi manusia dapat dicapai dengan peraturan dalam segala bidang. ini menunjukan bahwa dengan adanya aturan, masyarakat dapat mencapai peradaban tertingginya. Dalam hal ini Allah mengatur manusia ( QS 114:2), alam semesta (QS 26:23-28) dan 'Arsy (QS 23:116). Dus, Allah adalah pengatur segala sesuatu (QS 2:164).

Penjelasan selanjutnya, Allah rabbul  'Alamin telah mengatur alam dengan ilmunya yaitu menata seluruh alam raya ini, sehingga tertata, rapih, kokoh, seimbang dan karena sangat pastinya aturan ini, tidak ada seorangpun atau apapun yang mampu merubahnya. Ilmu Allah untuk alam ini dapat diketahui oleh manusia melalui mempelajari hukum hukum alam yang berjalan tanpa perubahan, merumuskannya dan memanfaatkannya, sesuai dengan peruntukannya demi kelangsungan kehidupan manusia.(QS. 24 :43-44)

Demikianlah Allah mengatur alam, tentu berbeda dengan ketika Allah mengatur manusia. Jika aturan bagi alam melekat dalam dirinya, bersifat pasti dan tetap. mengikutinya baik rela maupun terpaksa. Maka aturan bagi manusia selain dalam dirinya, juga diberikan suatu aturan yang sama pastinya dengan hukum alam, yaitu wahyu. Dalam hal ini manusia diberi kebebasan untuk mengikutinya atau menolaknya. Yang jelas, kedua aturan tersebut (aturan alam dan manusia) kedua-duanya memiliki kepastian yang sama, artinya manusia tidak akan sanggup merubah hukum dan konsekuensi hukuman bagi yang melanggarnya.
Contoh : Jika hukum alam mengatakan bahwa air dapat mendidih dengan 90 derajata celcius, maka manusia tidak akan pernah mampu mendidihkan dengan suhu 89.9 derajat celcius. Hal ini sama dengan manusia tidak akan pernah bisa hidup dalam keadilan tanpa memenuhi syarat-syarat  keadilan dengan memenuhu aturan yang ada dalam Al-qur'an. Contoh riil , zina selamanya akan menjadi jalan terburuk bagi kelangsungan hidup manusia, dan tidak ada manusia yang mampu merubah jalan zina ini menjadi jalan baik.

Berdasarkan hal ini, nyatalah bahwa Allah adalah Robbul 'Alamin dan Rabbin Nas. Oleh karena itu, pengakuan manusia terhadap Allah sebagai pengatur dirinya, harus mengakui Al-Qur'an sebagai wahyu dari Nya, sebagai satu-satunya aturan yang hanya boleh mengatur dirinya (Qs. 16:89, 6:38). Inilah makna pengakuan Tauhid LAa Rabba Ilallah. Artinya, ia harus menafikan (menolak, menjauhi dan memerangi) segala bentuk hukum, ideologi, perundang-undangan dan adat-istiadat yang tidak dibangun berdasarkan wahyu Allah.

kesimpulan, wujud nyata Allah sebagai Rabb adalah adanya Rububiyatullah, yaitu hukum alam dan wahyu Allah (Al-Qur'an)

selanjutnya

Read more...

Teman

http://semodir.blogspot.com/. Powered by Blogger.

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP